Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

apa aku sudah move on?

Jumat, 13 Desember 2013
Hujan lagi. Ini sudah lebih dari satu jam aku menunggu hujan reda. Sial sekali aku harus kehujanan di depan sekolah lamaku dan ini hujan. Agaknya mengingatkan aku pada sesuatu yang hampir hilang. sayang sekali suasananya jauh berbeda. ya tentu saja, disini tak ada ada lagi kamu, tak ada kita, dan.. tak ada lagi dia.


invisible in your eyes

Sabtu, 07 Desember 2013
Kepada kamu, yang "tidak melihat"ku, yang selalu tersenyum bersama seseorang dan pergi bersamanya.

langkah ini selalu saja melangkah ke arah kelasmu. sepertinya, selalu ada magnet super kuat yang bisa menarik aku untuk melewati kelasmu. lorong-lorong yang tidak mungkin sesepi hati ini terus saja bergema.

mungkin aku sudah lupa, peristiwa apa saja yang terjadi saat aku berusia 6 tahun. mungkin saat itu, memoriku masih belum cukup untuk mengingat kejadian-kejadian yang harusnya aku ingat. tapi mustahil aku melupakan kamu.

mungkin kamu lupa, kita selalu ada. bersama.

lagu ini terlalu jadul untuk didengar, lagu ini terkenal sekali dulu. sampai-sampai kamu juga menyanyikannya didepan kelas. kata mereka, itu untukku. aku ingat tentang itu, aku juga ingat ketika aku malah marah dan menangis ketika tahu lagu itu untukku. apakah aku dulu bodoh?

kamu pasti lupa, dan sialnya aku malah ingat.

aku masih melangkah, tanpa sadar kaki ini berada di depan kelasmu. kamu tahu? aku pasti menoleh untuk memastikan kamu ada di kelas. sayangnya, kamu samasekali tidak peduli. peduli kami itu pasti hanya untuk dia.

sial.

kenapa mendadak aku merasa sesak. seolah oksigen disekililingku ini habis, seakan-akan aku didesak oleh kawanan pesumo. sakit, gerah..dan sesak.

apa ini rasanya 'tidak terlihat'?

aku selalu "melihat"mu, tentu saja karena kita selalu bersama.

tentu saja kebersamaan kita sama sekali tidak ada gunanya bagimu. jelas saja, dibandingkan dia, siapa sih aku ini?


oh~ asmara..
yang terindah mewarnai bumi
yang kucinta Menjanjikan aku terbang ke atas 
ke langit ketujuh bersamamu..



sungguh, lirik itu.... aku mengingat semua tentangmu. mungkin saja kamu tidak mengingat apapun tentang aku.
benar kan? :) 

Untuk kamu yang masih menunggu

Senin, 11 November 2013
DUKK.. seseorang menabrak mejaku. hampir saja aku memekik keras sebelum melihat dia. ya, seseorang yang menabrak mejaku itu dia. sampai saat ini aku masih belum bisa melupakan kejadian setelah itu... tentu saja aku menyukai dirimu. hingga saat ini, rasa itu masih ada...


mungkin salah satu dari followers saya ini pernah mengalami hal yang tadi di ilustrasikan saya. yaah, engga nabrak meja sih.. mungkin nabrak pagar rumah atau nabrak anak kecil yang lagi nyebrang, atau.. nabrak hatimu *plak

kamu pasti penah menyukai seseorang diam-diam kan? aku yakin 99,99% manusia yang hidup saat ini pernah mengalami hal itu. Dalam diam, kamu terus berdo'a semoga dia selalu sehat (supaya berangkat sekolah dan kamu bisa mandangin diam-diam), selalu ceria (supaya kamu ikutan semangat dan enjoy this life), selalu sendirian (maksudnya gak keliatan bawa pacarnya, biar bisa ngehayal kalo kalian jadian sama dia), dan lain-lain.

percaya atau engga, saya juga pernah —lebih tepatnya sering— mengalami cinta diam-diam. mungkin pepatah jawa yang mengatakan TRESNO JALARAN SOKO KULINO itu emang ada benarnya, cinta itu tumbuh karena terbiasa.

kalau ditanya 'kamu suka ya sama si A?' biasanya kamu langsung shock dan bingung mau jawab apa. ujung-ujungnya malah mencela dan menjelek-jelekan orang yang kamu suka itu. 

contoh :
A : eh, kamu suka ya sama si A?
B : hah? kata siapa? engga kok.. masa sama yang begituan suka..
A : masa sih kamu gasuka? 
B : enggalah, orangnya ngebetein gitu. iyuuhh... gak la yaw...

nahh, ayo ngaku yang pernah ngomong gitu? hahaha

kamu boleh aja bilang kalo kamu engga suka atau kamu berkilah bahwa dia itu bukan tipe yang kamu suka. tapi ketika dia lebih memilih ngobrol dengan temenmu dibanding ngobrol sama kamu kenapa kamu sewot, kenapa kamu ngerasa kamu kalah dari dia. nah loh bingung kan?
jadi, masih maukah kamu menunggu untuk hal yang membuat kamu sedikit setress?


Stop loving, just study right now

surat yang tak tersampaikan

Rabu, 16 Oktober 2013
Sepucuk surat yang tak dikirimkan untuk sebuah perasaan yang tak dapat  tersampaikan.



Alunan indah terdengar diseluruh ruangan ini, menerpa sepinya hati.
Sesaat aku mengingatmu…
Degup jantung ini, pernahkah kamu mendengarnya saat kita bersama?

aku ini bukan gadis bodoh. Aku tidak bodoh! Setidaknya, sebelum aku mengenal cinta.
Aku tau betapa kamu menantikannya, kamu menyayanginya.
Gadis itu menyukaimu, bahkan sudah menunggumu untuk waktu yang lama..
Siapalah aku ini.
Mengenalmu sedikit demi sedikit, menatapmu dari kejauhan, mendo’akanmu, menyanyikan bait-bait lagu cinta untukmu…
Sudah banyak yang aku lakukan untukmu…
Mengingat aku bukanlah bagian dari dirimu itu sudah cukup membuatku menarik nafas dalam-dalam. Sesak.

Aku belum pernah melihat gadis itu.
Gadis yang kau puja itu.. seperti apa dia?
Cantik kah atau Menarik kah dia sehingga membuatmu jatuh hati?

Senyummu,
Senyum yang kamu perlihatkan pada orang-orang..
Itu bukan senyumanmu.
Kamu seolah merasa bahagia dengan sesuatu
Tapi dimataku,
Kamu seperti menanti sesuatu

Cinta siapa yang sesungguhnya kau tunggu?
Cintaku kah? Cinta dari gadis yang lain?

Salam manis



Aku yang menantimu.

Ketika Kau Datang

Sabtu, 05 Oktober 2013


karya ini tercipta karena inspirasi sesaat. Sebuah narasi tentang kamu. narasi yang aku buat ketika kamu datang....


Tanganku menggenggam asa. Kasih putih yang tak tampak mata. Aku mencarimu dalam jutaan keindahan fana. Menanti seolah menjadi oksigen bagi kisahku. Tepat di tempat ini, aku menanti. Semilir angin menerpa kesendirianku..
Detik ini Angin yang bertiup semakin kencang, aku mulai merasa dingin.
Namun detik selanjutnya perlahan aku merasakan tiupan angin ini menjadi hangat.
Hanya dalam hitungan detik aku merasa detak jantungku tidak stabil..
Detik ketika kau datang menyapaku.
Ya, senyum itu yang membuatku ceria. Senyummu itu yang membuat pilu ini terlupakan.
Detik-detik yang menghangatkan itu kini berganti lagi.
Kali ini aku merasa bimbang…
Mungkinkah dia benar-benar memandangku? ataukah dia merasakan debaran yang tadi aku alami? Apakah pernah dia melakukan ini pada yang lain?
Seribu pertanyaan terlintas di kepalaku ini. Namun, tak ada sepatah katapun yang terucap. aku terlalu percaya diri.
sekali lagi, aku bahkan tidak bisa menyimpulkan bahwa aku menyukai atau aku membencinya. tingkahnya memang terlihat agak urakan, ketika dia tertawa aku merasa senang melihatnya.
 Aku bukanlah wanita yang kau impikan.
Percayalah, aku tidak bisa mengucapkan rentetan kata yang panjang bila ada kamu. Aku merasa canggung.

Aku dan kamu ditakdirkan bertemu.
Tapi tidak untuk bersama.

Only in this blog!

Sabtu, 28 September 2013
halo visitor, i'm back! i'm back! i'm really back! *LOL
udah lama banget ya engga ngepost hal-hal engga penting di blog. ada yang kangen aku ga? *GA ADA!!* oh oke fine!! tapi aku kangen ngepost :p

baiklah, demi memenuhi keinginan para penggemarku, aku akan curhat disini. *ditimpuk botol aqua*
nah fans, *ditimpuk lagi*
oke..oke fans *babak belur*
stop! aku mau cerita!!

kisah ini bermula pada zaman kerjaan majapahit *loh? engga...engga.. kisah ini bermula pada aku beranjak dari bangku kelas X ke kelas XI....




pada waktu itu (memangnya sekarang kelas berapa?kan masih sama-__-) aku sih santai aja.. tapi ssseeeetttttttsssshhhhhh mata ini melihat seseorang yang wonderful. oke aku kasih clue, dia cowo:)
sepertinya dia tidak menyadari aku melihatnya (asik bahasanya:D)

dia masih jalan dengan santainya, kalo aku nya sih munggkin engga santai. diam-diam aku sering ngupdate tentang dia di akun pribadi aku (Facebook,twitter,line,dll). yaaah namanya juga cuma lihat dari kejauhan mana nyampe perasaan nya wkwk :)

sekarang sih ada peningkatan, tapi masih agak kabur juga sih. karena aku gampang kePDan kalo somebody talk like that. jangan tanya siapa, aku juga belum kenal dia siapa. belum bisa mengenal dan masih tahap menatap hahaha *ngalay

sebenernya ini pribadi tapi yaah kan sudah aku bilang diawal, DEMI PARA PENGGEMARKU DI PENJURU DUNIA aku berbagi kisahku ^^

sepertinya segitu saja, aku juga belum punya sejarah lengkap tentang manusia itu. tunggu kisahku yaa.. byebye~

Naoki Irie Itakiss LIT is Furukawa Yuki

Sabtu, 21 September 2013
halo kawan, aku mau post tentang FURUKAWA YUKI'S PROFILE. mungkin yang pecinta drama-drama gitu udah pada ngelotok kali ya sama nama ini. tapi bagi yang engga suka drama cukup simak tulisan aku ini dan pahami saja.

aku disini gregetan banget mau posting ini, dari dulu sejak ITAZURANA KISS LOVE IN TOKYO eps.1 beredar di internet *LOL. Tapi ngga sempet garagara tugas dan ulangan yg membuat jenuh-_- Kenapa sih tu, kok sampe gregetan gitu? Ya….karena estu jatuh hati banget sama nih orang pas ngeliat dia di Itazura na kiss remake 2013. HE’S TOTALLY CUTE >///<  
oke pertama-tama mari saya beri informasi pendaftaran *loh. ini profilnya dulu ya… *BACA!
§  Name: Yuki Furukawa
§  Japanese: 古川雄輝 (フルカワユウキ)
§  Born: October 18th , 1987
§  Birthplace: Tokyo, Japan
§  Height: 180cm.
§  Blood Type: B
§  Talent Agency: Horipro
(kalo mau doramanya silahkan googling sendiri, list nya/sinopsisnya/fotonya^^)
dia pindah ke Toronto, Canada waktu umur tujuh tahun sama keluarganya, pas umur 16 tahun dia sendirian pindah ke new york dan kembali ke Jepang pas umur 19 tahun *widih. oh ya, dia juga kuliah di Keio university *anak pinter nih haha
tuh pantersan aja bahasa inggrisnya fasih banget pas di itazura na kiss. biasanya orang jepang itu kan rada susah melafalkan bahasa inggris karena mereka cenderung nggak bisa ngucapin dgn sempurna huruf konsonan yang digabung.
Aku suka banget, SUKA BANGET!! *napsu* aku suka banget deh sama doramanya, episode satu sih biasa aja tapi pas udah episode berikutnya gilaaa nggak berhenti nggakak. Konyol abis!! :D
paling lucu pas kotoko pindah kerumah irie naoki garagara rumahnya kena meteor 3cm, asli konyol pisan!! \:D/ dan pas pertama kali liat naoki disitu dia lompat kayak orang ngeliat setan ahaha kocak banget. pokoknya versi 2013 ini nggak mengecewakan deh, banyak juga yang bilang this dorama moving so fast. itulah ciri dorama jepang, nggak bertele tele. dan satu lagi ciri khas dorama, kalo ceritanya tentang ikemen selalu ada cewek cewek yang ekspresinya itu loh lebay ahahaha.
honoka miki (pemeran kotoko-chan) masih umur 16 tahun alias kelahiran 97 *seusia aku tapi udah secantik itu? Iri-_-* tapi kemistrinya itu loh dapet bangett.. aktingnya dia tuh top score *loh?! suka banget gimana aktingnya waktu mengekspresikan rasa sukanya ke irie naoki, apalagi ekspresi konyolnya di meja makan pas nyapa irie setelah tau kalau irie naoki pernah di dandanin kayak cewek. *padahal miki sama irie beda 10tahun, ckck*
Masih banyak yang mau aku certain tapi sebelumnya  marilah kita mimisan melihat foto foto ini. *siapin tissue*












 aku sekalian curhat aja kali ya, coba perhatiin gambar Furukawa-kun yang ke tujuh. kalian bisa nebak ga siapa gambar dibawah ini?
kalo kalian sekelas sama aku, pasti bisa nebak deh! oke ini unsur ketidak sengajaan. awalnya gara-gara ITAKISS LIT inii ditonton oleh aku dan beberapa kawanku dikelas. nonton bareng ini dari episode satu sampe eps. 5 (kalo gasalah sih) nontonnya di jeda terus karna ada guru masuk hehe. next, aku engga tau kenapa tapi kawan-kawanku itu beranjak keluar kelas jadi aku juga mengikuti mereka. sambil hahahihi dan ngebahas episode film yang tadi ditonton, mataku ini menatap tubuh seseorang. seseorang itu tampaknya hendak menuju kelas (dia ini classmate, kelas dia ya kelas aku juga kan?), karna abis nonton itakiss itu aku jadi kebayang IRIE-KUN. so, aku nyeletuk "ih, itu kaya irie" aku sih biasa aja, sumveh aku cuma liat postur tubuhnya yang emang setinggi Irie-kun. tapi ternyata kawan-kawanku tidak melihat dari sudut pandangku. mereka malah men-CIE-kan aku *konyol-_-. setelah mereka PUAS menertawakan dan mencie-ciekan akhirnya aku baru sadar kalo mereka liat wajahnya dan bukan postur tubuhnya. oke, oke, aku salah ucap. pas lihat wajahnya, jelas banget 360 derajat beda sama Irie-kun! >< wops, tapi sumpah itu postur tubuhnya mirip. my classmate have 176 but Furukawa have 180. nah loh. semenjak itu aku udah jadi bulan-bulanan mereka. akhir-akhir ini classmate yang namanya engga mau aku sebut udah tau gara-gara kawan-kawanku membocorkan hal ini. dia malah PD banget, yaiyalah disamain sama aktor jepang yang ganteng, padahal engga mirip kok, sumpah ENGGA MIRIP BANGET (yang engga mirip itu wajah,skin and voicenya, kalo tinggi sama style nya okelah 60%mirip) bisa dilihat digambar itu kan style nya mirip tapi kalo kalian lihat wajahnya pasti kecewaw. haha 

balik lagi ke ITAKISS LIT!!! ^^ 

Dalam Itakiss LIT, Furukawa Yuki memerankan cowok berdarah dingin yang punya IQ 200, Irie Naoki, yang di dekati oleh Aihara Kotoko (Miki Honoka), seorang gadis bodoh yang menyatakan cinta padanya, meskipun di tolak, gadis itu tetap menyukainya. Ia harus tinggal bersama gadis itu dan menghadapinya setiap hari. Pada akhirnya, setelah membaca surat cinta si gadis, ia malah jatuh cinta beneran sama Kotoko.
Kalau diliat-liat lagi, iya sih si Naoki memang mulai bersikap baik sejak membaca surat cinta Kotoko, sejak itu dia juga mulai usil. Dari menggoda Kotoko dengan remah roti, cemburu sama Kin Chan, datang ke sekolah buat latihan tenis saat liburan musim panas, menggoda Kotoko yang masuk ke kamarnya untuk mencuri PR musim panas, menjaga jimat buata Kotoko dengan baik meskipun jimat itu pembawa sial, menggoda saat berfoto, berciuman saat kelulusan dan lain sebagainya, sampai yang terbaru adalah mengkhawatirkan Kotoko yang artinya bahwa rasa cintanya memang sudah bertambah besar *aku sih engga berhenti bilang "cie" kalo Naoki lagi usil sama kotoko-chan. hahaha*
ngomong-ngomong aku baru 'ngeh' dengan nama mereka yang memiliki kecocokan.
Furukawa = ice
Miki = sun
FURUKAWA+MIKI= Sun can melt ice.
hohoho \(^o^)/

kalo baca-baca di google sih, Furukawa ini emang mirip-mirip sama Naoki Irie yang diperankan. yah apapun yang terjadi aku menyukaimu Oniichan!! 

Sweet 17th : is not like a fairy tale

Selasa, 13 Agustus 2013
Sweet 17th
*part 3:  is not like a fairy tale*

“jadi….gita suka sama Ardan? Oh pantesan  tadi langsung ngacir gitu.”
“iya Din, si Gita emang udah suka sama Ardan dari lama. Tapi dasar aja anaknya gamau bertindak.” Aku menambahkan
“hmmm..  yaudah deh ntar gue ngobrol sama anaknya aja. Sekarang udah mau bel kayaknya…..”
KRING..KRING…KRING…
“tuh kan bel beneran. Duluan ya Mei” dina melambaikan tangannya lalu berjalan menjauh.
Aku salah gak ya cerita ke Dina, tadi aja Ardan ngeliriknya ke Dina doang, nyakitin Gita enggak ya?? Aku bergumam.
“git, kenapa lo?” suara mei lagi. Aku sedang tidak ingin bicara.
“gapapa, lagi males ngomong nih, ntar aja ngobrolnya ya” kataku to the point.
“yee.. kebiasaan lo!”
Aku memang kadang-kadang suka ga MOOD untuk berbicara, bukan karna Ardan tapi karna sedang sibuk berpikir. Hari ini aku berpikir tentang Ardan. Apa jangan-jangan Ardan sudah jadi pacarnya Dina? Atau lagi PDKT sama Dina? Secara Dina itu orangnya asik banget. Aku terus berkutat dengan pikiran ku sehingga aku engga sadar kalo ada yang memperhatikanku. Ketika aku menoleh, aku ga liat siapapun sedang memperhatikanku. Mungkin Cuma perasaan aku aja kali ya.
Akhirnya bel berbunyi lagi, saatnya pulang untuk mengistirahatkan otak dari pikiran tentang Ardan. Begitu pikiranku.
“gitaaaaa! Lo pulangnya bareng gue yaja ya!” suara Dina yang nongol di jendela kelasku.
“aduh dina, gausah deh. Makasih yaa ajakannya.” Aku mencoba menolak, aku benar-benar sedang tak ingin melihat dina ataupun ardan.
“aaah gita ayo dong! Mumpung ada café yang baru buka nih. Ayo dong…” dina akhirnya masuk ke kelasku.
“tapi din, gue……” belum selesai gue bikin alesan, dina udah narik tangan aku dan bergegas ke parkiran motor.
“ayo naik!” dina menyunggingkan senyum nya. Astaga gimana kalo Ardan lihat senyumnya ini. Dia pasti langsung nembak dina. Lagi-lagi pikiran ini datang.
“iya din..”
Dijalan kami engga begitu banyak bicara, hanya saling bertukar informasi tentang tugas minggu depan dan acara sekolah yang membosankan. Dan akhirnya tiba di café yang dimaksud Dina.
“café coffee black stair..nama yang aneh” gumamku
“hmm..kamu ngomong apa git?”
“ah engga kok.aku ga ngomong apa-apa”
“yuk masuk. Aku mau nyoba Moccafee nya ah kayaknya enak, kamu mau apa git? Oh gimana kalo tiramisu?”
“oke, aku duduk disana ya din”
“oke..”
Aku memilih duduk di dekat jendela yang sedikit rendah, supaya keliatan pemandangan. Sebenernya sih bisa dilantai dua. Tapi aku males banget hari ini. Jadi aku pilih yang simple aja. Entah hari ini aku kemasukan apa sampai jalan aja gak konsen. Pelayan nya aku tabrak!
“maaf mas..aduh engga sengaja..maaf, maaf” aku gelagapan melihat mas-mas nya jatoh beserta nampan yang ia bawa.
“i..ii..iya gapapa kok..” mas-mas nya kok malah gugup ya? Kataku dalam hati.
“loh kamu kan, anak ipa1? Kamu kerja disini?” dina membantu aku bangun. Dan memunguti cangkir yang bergeletakan. Untung tidak pecah karna jatuh tadi.
“eh i..i..iya.. sudah ya, aku sedang part-time.” Lalu bergegas pergi meninggalkan kami.
“yang tadi itu…Bagas Adipuro kan? Yang anak unggulan?” ucapku sembari tak percaya bahwa anak kelas terpintar kerja di café.
“oh, namanya Bagas toh. Aku taunya dia anak ipa1 yang menang lomba English sama si Vivie.”
“ohgitu..kamu biasa nya bareng vivie, kenapa sekarang malah sama aku?”
“duh gita cantik, jangan sinis gitu dong. Aku jadi cedih nich..” ujar dina dengan tampang sok sedihnya.
“apaan sih ah, tuh kopinya minum..” aku mengingatkan.
“ah iya, tadi pas dikantin kenapa lo buru-buru ngacir?”
“ah, tadi tuh ada tugas biologi yang bahannya ada di perpus. Jadi nya buru-buru deh..hehe” aku membuat alasan lagi.
“ohgitu, tadi Ardan nanyain lo tau..” Dina tersenyum jahil.
“a..a..apaan sih din. Kenapa jadi ardan..” aku kaget setengah mati. Apa dina tau kalo aku suka sama si Ardan. Apa bahasa tubuhku ketahuan pas tadi dikantin? Ya ampun bagaimana ini..
“enggak kok git, bercanda aja. Lo serius banget nanggapinnya.” Ujar dina lagi
Aku bernafas lega, untunglah tidak terbongkar rahasia ini. Setidaknya belum.
“lo suka sama Ardan?”
Bagaikan petir disiang bolong, hampir saja aku tersedak (gak nyambung). Jadi dina tahu? Astaga!!!
“eng..engga kok. Dina kenapa jadi Ardan terus sih?”
“gapapa sih, gue kepo aja. Soalnya gue juga suka sama ardan. Kalo lo suka kenapa kita engga bikin fansclubnya gitu. Tapi lo nya ga suka jadi yaudah deh..”
Apa?! Jadi Dina juga suka sama Ardan?! Umpatku dalam hati.
“ah, udah sore. Git, pulang yuk. Udah gue bayar kok. Yuk cuss”
“ah..iya..” aku tersentak dari lamunanku.
***
“gita, makasih ya mau nemenin aku.”
“gak masalah kok. Duluan ya”
aku melambaikan tangan dan takk menoleh kebelakang. Aku mendengar suara motor yang melaju menjauh. Jadi, selama ini Dina juga suka sama Ardan toh. Gue harus gimana kalo ardan suka sama dina. Aku masuk rumah tanpa memberi salam dan langsung masuk kamar. MP3 aku nyalakan, headset aku pasang dan volume full. Sabrina – out of reach mulai mengalun.
“..Knew the signs
Wasn't right
I was stupid for a while
Swept away by you
And now I feel like a fool
So confused,
My heart's bruised
Was I ever loved by you?

Out of reach, so far
I never had your heart
Out of reach, Couldn't see We were never Meant to be…”
***
Aku berangkat lebih pagi dari biasanya. Aku tidak bisa tidur nyenyak. Jadi aku putuskan untuk berangkat lebih awal.
“gita! Mau bareng?” suara nya asing. Aku menoleh
“ah, bagas. Engga makasih.” Aku tetap berjalan, bagas mengikutiku dengan sepedanya.
“aku gak tau kalo rumah kamu satu arah sama rumah aku. Oh iya gapapa bareng aja, naik di belakang.”
“emang rumahmu dimana? Aku gak pernah liat kamu. Eh, ga ngerepotin nih?”
“tuh di jalan melati no.34. yaiyalah kamu dirumah terus mana tau aku. Iya cepetan naik nanti kita telat.”
“oh rumahnya ibu Sinta? Hehe kamu tau aja.” Aku terkekeh. Aku melihat jam tanganku.
“Masih jam 6 kurang 10 kok gas. Gak bakal telat.” Ujarku lagi.
“ah kamu tau nama ibu aku! Sstt ya don’t tell everyone.” Ujarnya panik.
“apaan sih gas, yaiyalah aku tau. Ibu kamu itu sering kerumah aku. Katanya sepi dirumah.”
“gita, lo bakal kaget deh kayaknya. Kita mau kesuatu tempat dulu.” Keliatannya bagas ga nanggepin omongan aku.
“eh?” aku melongo parah.
Sepeda bagas melaju kencang bak ingin menyaingi waktu. Melintasi jalan yang tak ku kenal. Aku tak tau aku akan dibawa kemana. Aku takut namun aku senang, ini pertama kali nya aku merasakan angin pagi bersama orang lain, diatas sepeda.
“git, udah nyampe.”
Aku terkesima, ini pemandangan yang luar biasa. Aku baru tau kalo ada bukit disekitar sini. Masih bersih dan pemandangannya wow banget.
“gas, makasih”
“gak masalah git. Aku seneng kalo liat kamu seneng.” Lalu nyengir manis.
Hatiku panas, sepanas wajahku. Aku malu. Jantungku berdetak kencang. Apa ini. Perasaan apa ini.
“git, kamu kenapa? Wajah kamu……merah banget” ujar bagas.
Ah, aku malu. Aku bingung mencari alasan. Aku gelagapan. Dengan setengah berteriak karna panik takut ketahuan kalo jantung aku berdetak cepat.
“bagas, ayo kesekolah kita bisa telat!”
“oke” Dengan enteng nya dia ngomong.
Akhirnya aku dibonceng lagi sampai sekolah, disepanjang jalan aku merasa gugup. Bahkan saat bagas mengajak aku bicara aku kadang tidak menanggapinya karna aku benar-benar gugup untuk bicara.
“gita, udah nyampe nih. kamu kenapa? Diem aja sih, sakit?” bagas bertanya
Aku hanya tertunduk. Aku ga berani menatapnya. Sungguh aku gugup! Bagas memiliki perawakan seperti ardan. Namun lebih tinggi dan lebih putih serta lebih pintar dari ardan. Jadi ketika memandangku, bagas mungkin mencondongkan badannya.
“gapapa. A..aa..aku ke kelas dulu ya. Daah!” aku dengan cepat membalikkan tubuhku dan tidak menunduk lagi.
“gitaaa!” bagas terteriak.
Seketika langkahku terhenti. Sepertinya tombol STOP telah ditekan oleh bagas. Aku memutar badan, kuberanikan diri menatapnya.
“iya?”
“pulang bareng aku ya” sembari mengacungkan jempolnya dan tersenyum padaku.
Melting. Aku hanya bisa mengangguk. Lalu berjalan cepat kea rah kelasku. Aku sungguh tidak kuat, gugup sekali aku ini.
Dikelas aku melihat ada Ardan dan dina sedang berada di bangku Mei.
“ah, gita! Darimana aja lo jam segini baru datang?!” ujar Mei
“ah..ohh..em..tadi sih… di ajak bagas dulu…. ada apa mei?” ujar ku berusaha sekalem mungkin.
“hah? Bagas?”
“udahlah, ada apa mei? Ini dina sama ardan kenapa di ipa2? Bukannya udah bel?” aku bertanya seperti anak kebingungan.
“jadi gini git, gue… gue sama dina…mau minta persetujuan lo.”
“hah?” aku melongo parah.
“mereka mau jadian tapi dina ngasih syarat buat minta izin ke elo.” Mei menambahkan
“hah? ahahahahahaha…ahahahaha” aku tertawa
“git? Kenapa lo?”mei kaget karna reaksiku malah tertawa, yang lainnya tampak bingung.
“hahaha.. kenapa ke aku sih? Minta izin sama bunda nya dong Ar.. aduuhh.. sakit perut gue ketawa mulu..”
“ah dina! Aku gak punya kado!!” aku jadi histeris.
Semua mata tertuju padaku. Melirikku aneh.
“eh, eh..hehe maaf ya..maaf..” aku nyengir garing.
“jadi kita boleh jadian nih git?” dina bertanya senang
“he’em. Asalkan Ardan engga nyakitin kamu sih aku setuju. Lagian aku kan samaa…” ups aku menutup mulutku. hampir aja keceplosan mau bilang bagas.
“sama? Sama siapa???” mei melirikku, tatapannya menyudutkanku.
“ah engga. Itu…itu… ada  pak bambang!” aku mengalihkan pembicaraan, sedangkan ardan dan dina sudah ngacir kekelas masing-masing.
Baru saja pak bambang melewati kelasku, Hape ku bergetar. rupanya ada sms. Tapi nomernya asing.
To           : 085XXXXXXX
Sender : 089XXXXXXX
Hai gita, ada guru?
Aku bingung nomer siapa jadi aku bales.
To           : 089XXXXXXX
Sender : 085XXXXXXX
Ini siapa? Free.
Aku mulai berfikir ini dari bagas, tapi kenapa dia bisa dapet nomerku. Darimana ya, hape bergetar lagi.
 To          : 085XXXXXXX
Sender : 089XXXXXXX
Bagas J save ya. Jadi pulang bareng kan git? Eh istirahat mau ke kantin?
Bussshhh!!! Seketika wajah ini bersemu. Sudah kuduga ini bagas. Aaah aku malu.. aku disms oleh bagas!! Sepertinya mei melihat wajahku.
“git, lo kenapa sih?”
Aku bingung mau jawab apa akhirnya aku menunjukan isi sms dari bagas.
“gita!!!!! Ciyee akhirnya lo move on!!! Pantesan tadi lo malah ketawa!! Aaahhhhhh ibunda bahagia nak!” lalu menepuk pundakku dan membalas sms. Sms?
“Mei!! Tadi kamu sms apa?!!!!” aku panik dan mengecek hp namun malah jatuh . akhirnya aku mengambilnya dan menatap layar ponsel.  Ada telepon dari bagas. Hah??
“Mei, kamuuu….”
“cepet angkat!!” mei menyuruhku.
“ha..ha..halo..?” sapa ku canggung.
“halo, git ada apa? Kok suruh telepon? Kangen yaa?” ujarnya renyah mambuatku senang.
“ah, geer kamu gas.yang tadi dibajak sama mei. Maaf ya jadi ngerepotin gini.”
“gak masalah kok git”
“eh engga ada guru juga gas?”
“ada. Tapi aku izin ni lagi di w.c. haha” bagas tertawa, ah andai aku bisa lihat wajahnya.
“jadi……”
“tenang aja aku ga bolos kok. Cuma izin ke toilet.”
“kalo gitu cepet ke kelas lagi. Nanti kita bisa ngobrol di kantin.” Hah aku ini bicara apa.
“jadi kamu nerima ajakan aku nih tuan putri?” ujarnya menggoda.
“kamu ini, cepat tutup teleponnya dan lekas kembali!”
“oke, I’ll waiting for you. Cek kolong meja dong.byee”
TUT..TUT..TUT…
Ah elah malah langsung ditutup. Bagas ini aku baru kenal dia satu hari. Hmm, kolong meja? Ada apa memangnya?
Aku mencondongkan kepala dan melihat kolong meja. Tidak ada apa-apa selain tumpuka kertas bekas ulangan. Aku mengeluarkan semua kertas itu daaann….
“mawar dan coklat…. Dapet dari mana lo git?”  mei nyerocos aja.
“gak tau.” Tapi aku tersenyum.
“agas yang ngasih lo?” mei nanya mulu, mbah kepo.
“mmm.. mungkin.”
“so sweet banget”
Aku hanya tersenyum. Dan bel pun berbunyi.
“ kayaknya pas bel istirahat ada yang mau ngacir ke kantin tanpa gue.”
“apaan sih mei, kan sama lo juga.”
“git, masa ngedate bawa temen?” mei melirikku kesal.
“emangnya ngedate. Ini makan di kantin bukan dating.”
Aku masih berdebat dengan Mei, namun….
“assalamu’alaikum, gita nya ada?” sebuah suara dari pintu  terdengar.
“eh, gas. Itu tuh git lo dicariin!” ujar pak ketu.
“git, jadi kan? Ayoo..mei juga ayo..” ujar bagas lalu tersenyum dan mendekati mejaku.
“ah jadi gue juga diajak?” mei terlihat berkaca-kaca.
“yaiyalah mei, ini kan makan dikantin bukan ngedate.” Ujar bagas enteng.
“wow..ucapan lo persis kaya gita. Sejoli nih rupanya.” Mei nyengir nakal.
Aku hanya tersipu. Jantungku berdetak. Duh..
“git, ayo” bagas memegang tanganku dan mengajakku keluar kelas.
Aku pikir semua mata tertuju padaku. Aku serasa putri dan dia adalah pengeran. Prince and princess.
'Cause it's you and me and all of the people
With nothing to do, nothing to lose
'Cause it's you and me and all other people
And I don't know why, I can't keep my eyes off of you..” (Sabrina – You and Me)
*****
Akhirnya pulang sekolah juga. Aku diajak bagas ke tempat yang tadi pagi, aku senang liat dia senang. Yaps seperti yang dia katakana padaku tadi pagi. Aku seneng di manjat-manjat pohon jambu, aku seneng bisa dekat sama dia.
“git, kamu tahu?”
“tahu tentang apa?”
“tentang ini.” Agas nunjuk dadanya.
“hah?” aku pura-pura bego.
“argh gita!!” keliatannya agak  kesel si bagas.
“apaan sih bagas?”
Bagas beridiri dan mencari tasnya. Dia ngeluarin kotak kecil.
“aku udah nungguin saat ini. Kamu mungkin nggak sadar kalo aku tiap hari nungguin kamu keluar rumah, Cuma buat liat wajah kamu aja. Aku juga  tiap hari kirimin kamu puisi tapi kayaknya semuanya nyangkut di kolong meja aja…”
Bagas narik nafas, ya ampun aku engga pernah ngecek kolong meja. Kolong meja itu Cuma tempat nyimpen kertas hasil ulangan aja, ya jelaslah engga pernah aku tengok.
“jadi, bisakah kita lebih dekat lagi? Kamu mau jadi pacarku?” bagas membuka kotak kecil itu. Ternyata itu kalung couple yang gambarnya bunga. Aku bagian mahkotanya dan dia tangkai+daun.
Aku gak tau kapan airmata ini turun, aku terharu. Tapi bagas malah panik dan bilang apa aku sudah ngomong yng nyakitin kamu.
“bagas, aku engga tau kalo kamu care. Ngomong-ngomong kamu engga part-time?” kataku mengubah arah pembicaraan.
“aku part-time only on Wednesday and Friday aja. So what your answer?”
Aku berdiri dan mengambil tasku. Aku berjalan ke arahnya.
“kamu pikir aku mau  jawab apa?” aku tersenyum menggoda.
“jadi, kita pacaran nih git?”
“yap!” aku berkata mantap.
Bagas bangkit dan mengenakan kalung itu padaku. Now we’re together.
..There are moments when I don't know if it's real
Or if anybody feels the way I feel….” (Sabrina – You and me)
****
“happy birthday dina!!” mei menyalamiku.
“thanks ya.. eh mana gita?” gue clingukan nyari gita.
“kayaknya mah sama agas din.”
“agas? Anak ipa1 itu? Mereka…pacaran?” gue nanya sekaligus kaget.
“gue juga gaki tau sih. Tapi kayaknya iya deh. Hei din mana si ardan?” sekarang malah mei yang clingukan.
“tuh sama ayah lagi ngobrol. Biasa cowok.” Kataku
“ardan berani juga ya.. uundang nya jangan lupa din.” Mei menggodaku.
“ini karna Ardan ternyata anak dari kerabat ayah. Yaah wajar jadi akrab.”
“oh gitu toh, aku baru tau. Bagus dong makin cepet aja lo dinikahin”
“aku juga baru tau kok mei. SMA belum lulus malah nikah. Lo gimana sih mei”  gue menepuk pundak mei.
“hei sayaang happy birthday yaa..”
“iya vivie gue yang cantik, makasih banyak ya.. wow kado. Double thanks nih” ujarku pada vivie yang baru datang.
“eh ada mei. Mei apa kabar? Ngobrol disitu yuk”
“alhamdulilah, oke ayo.. dina biarkan sendiri nih?”
“halaah, kan udah ada ardan.” Kata vivie enteng.
“engga gitu-gitu juga kali…” dina menatap sedih namun secepat badai ia menjadi terkejut.
“gita??!”
“haloo semuanya.. dina selamt ulang tahun yang ke-17 yaa..ini kadonya.”
“git? Lo sama agas…?” tiba-tiba ardan udah ada disamping gue aja.
“apa dan? Emangnya kamu aja yang boleh pacaran?” bagas angkat bicara.
“ah selamat yaa.. longlast!!!” semuanya menyalami gita dan bagas. Udah kayak mau nikahan aja.
Gue Dina, diusia 17tahun ini gue punya pacar idaman, Ardan. Gue punya sahabat yang seru dan selalu heboh. Gue akhirnya bisa liat si pendiem gita punya cowok. Di usia 17 ini gue berharap makin segalanya!! Amin J
*TAMAT*

cerita fiksi : Sweet 17th part 2 new reason

Jumat, 24 Mei 2013

Sweet 17th
*part 2: new reason*

“Gita! yang serius dong ngerjain tugas nya!” teriak Mei membuyarkan lamunanku.
Entah mengapa aku lebih suka melamun daripada mengerjakan tugas dari Mrs. Chianti yang ada di depan mata.
“Eh iya Mei, maaf deh ga sengaja hehehe” ku sunggingkan senyuman pada Mei.
“yaudah cepet ngerjain nya. Udah mau bel nih” ujar Mei lalu mulai menulis lagi.
Yaah Mei memang begitu. Suara nya menggelegar bagai toa masjid. Walaupun begitu, dia salah satu teman terdekatku di kelas ini. Nama lengkapnya Meily Sudjibto suara nya keras kadang lemah lembut tapi tetap dapat mengguncangkanku dari lamunan.
Aku Gita Hariyani. Di kelas ini, aku memang terkenal agak kacau karna sering melamun. Tapi bukan berarti aku tidak bisa mengerjakan latihan matematika atau mengerjakan soal vector dalam fisika. Nilai raport ku termasuk 10 besar se-SMA ini loh. Memang aku tak begitu popular, bahkan tidak dikenal kakak kelas di sekolah ini ataupun adik kelas di SMA ini. Mungkin se-SMA ini tidak mengetahui aku kecuali guru yang mengajar di kelas XI.IPA2. yah karna aku tak begitu aktif di bidang ekstrakulikuler jadi tentu saja aku tak begitu dikenal.

KRING..KRING…KRING…

“udah selesai kan Git?” Tanya Mei.
sure! I finished it!” kataku riang
great! Come on to go canteen
lets go girl!”
Aku bangkit dari kursi dan menyerahkan tugas pada ketua kelas untuk diserahkan kepada empu nya soal. Ku lihat Mei sudah di luar kelas menungguku sambil memaikan handphone nya. Aku berlari menghampiri Mei. Kantin sekolah kami memang agak jauh dan harus berjalan dengan melewati lapangan basket. Jantungku berdegup kencang. Hampir saja aku mati berdiri melihat dia bermain basket.
“Ardan! Kalau mau main basket nunggu yang lain dong!”
Suara itu mengagetkanku. Ku kira semua nya tahu kalau aku menyukai Ardan dari kelas XIIPA4. Ternyata kawannya toh yang teriak-teriak sambil menggil namanya. Huuh aku panik sekali. Ku lirik wajah Mei, sesaat dia tersenyum dan kemudian kembali memainkan handphone nya. Tapi aku tak begitu mengkhawatirkan senyuman Mei padaku. Aku duduk di salah satu bangku di kantin yang menghadap lapangan basket. Mei memesan nasi goreng dan aku memesan Es Jeruk. Ku lihat wajah Ardan yang gembira bermain basket.
Ardan mungkin salah satu cowok popular, dia memiliki wajah yang cukup tampan, jago basket, pintar dalam bidang fisika, dan kerap kali menjadi juara di lomba fisika dan akhir-akhir ini aku sering lihat dia di taman dengan membawa sepeda. Mungkin dia anak klub sepeda yang ada di sekitar kompleks. meskipun kami sama-sama dikelas XIIPA tapi rasanya tidak mungkin jika Ardan mengenal aku.
“hayoooo, ngelamun terus..!”
“duh Mei, jangan bikin kaget dong!” kataku sewot
“habis daritadi aku perhatiin kamu ngelamun terus. Oh iya ini minum nya” mei menyodorkan gelas berisi cairan dingin berwarna orange.
“thanks. Engga kok. Hanya berimajinasi saja” jawabku seenaknya sambil menerima gelas yang disodorkan Mei.
“ciyus? Miapa? Cungguh?”
“ciyus dong, miapajadeh, cungguh cayangku”
“aku makan dulu ya”
Tanpa aku jawab pun dia sudah memakan makanan nya. Lagi-lagi mata ini menatap cowok tampan itu. Mata kami saling bertemu….
UHUK..UHUK..
“git, kenapa?” Mei menatapku.
Aku menggelengkan kepala. Uh, aku tersedak minumanku sendiri. Memalukan. Wajahku terasa panas. Jika aku berkaca mungkin warna wajahku yang semula sawo matang berubah menjadi merah semerah lampu lalu lintas. Aku malu! Ya Allah, mataku bertemu matanya dan itu membuat jantungku berdegup dua kali lebih cepat. Apa dia memperhatikan aku? ku lihat kearah lapangan basket. Ardan tak ada disana. Aku kecewa. Tapi aku berpura-pura tak ada masalah.
“Gita!”
Sebuah sapaan dari arah belakang. Akupun menoleh. Aku tersenyum ketika melihat siapa yang menyapaku.
“hei Din, mau makan juga?”
Dina tersenyum dan duduk di mejaku.
“iya nih, lapar banget hehehe menguras otak tadi tuh pelajaran matematika.”
Aku terkekeh, Dina memang periang, ramah, lucu, pintar dan cantik. Dia juga salah satu temaknku yang baik. Aku kenal dia karena semasa MOS, kami berdua selalu bersama dalam kelompok apapun. Meski sekarang dia di XIIPA3 dan aku di XIIPA2 tapi kami masih sering bersama.
“kalo gitu pesen aja makanan nya ntar aku yang bayar” Mei menimpali.
“serius nih?” dina mengangkat alisnya.
“iya ciyus, uang nya dari anda tentu saja. Saya memang terlalu mendramatisir” Mei tertawa puas sedangkan wajah Dina terlihat sepat.
“gaya bahasa mu layak nya Sherlock Holmes saja. Tapi agak beda sih jika dibandingkan suara serak mu. Hahaha” aku tertawa, dina pun tertawa.
“ga apa-apa kan? Toh Sherlock kan tokoh fiksi yang sangat jenius. Albert Einstein mungkin kalah.” Mei membela.
“huss, udah ah bahas yang lain nya aja. Sherlock melulu. Gak ngerti nih” Dina memasang innocence face.
“mau?” Ardan menawarkan permen karet.
Mana aku tahu ada orang, tiba-tiba saja aku menoleh ke samping. Ya Allah, Ardan ada di dekat ku!
“hmm, engga makasih.” Dina tersenyum.
“sini ar, duduk!”
Mei menunjuk kursi kosong di samping nya. Yaps itu berarti tepat di depanku! Apa yang harus ku lakukan? Ardan berada dalam radius 50 cm! oh god!
“Git? Kenapa?”
suara Ardan terasa begitu lembut di telingaku. Tuggu dulu! Tadi bilang apa? “Git?” artinya dia tahu namaku? Dia memperhatikan aku! Astaga! Aku sangat grogi. What will I do?
“eh..emm.. ga apa-apa kok. Mau makan juga?”
Mungkin suaraku terdengar parau. Duh lagian pertanyaan macam apa ini? Nanti disangka sok kenal lagi! Ampun sekarang tanggal berapa sih sampe harus mengalami sport jantung berkali-kali?! Aku mengumpat dalam hati.
“ah engga, Cuma mau beli minum haus sih tadi abis main sama anak-anak” Ardan melemparkan senyumnya padaku. Ya padaku!! Rasanya ingin loncat tapi tentu saja aku tidak melakukannya.
“oh gitu”
Gita!! Please deh! Itu Ardan! Jawabnya yang bener kek daritadi nimpalin nya yang enggak-enggak aja tuh. Aku menggerutu dalam hati.
“yaa gitu deh, hehhe” ardan masih terlihat riang.
Ketika ku beranikan untuk menatap matanya, pandangan bukan padaku. Tapi pada Dina! Dina yang ada di sebelahku! Dan Dina pun memperlihatkan sikap yang tidak seperti biasanya. Seperti grogi untuk bertemu Ardan. Persis seperti aku. tapi, apakah Dina juga menyukai Ardan?. Berbagai pertanyaan berkecamuk dihati ini. Dan ketika melihat Dina melempar jokes pada Ardan, dan itu membuat mereka semua tertawa (tentu saja aku tidak. Karna aku berusaha menyibukkan diri dengan bermain handphone) muncul adanya suatu perasaan yang yaah tak dapat dituliskan/digambarkan olehku.
“hey all, aku ke perpus dulu yaa, lupa nih besok ada tugas biologi. Siapa tau dapet materi di sana. Duluan yaa” akupun langsung pergi tanpa mengajak Mei.
Baru saja aku masuk perpustakaan dan menemukan buka yang memang pernah aku baca sebelumnya. Seketika itu bel masuk berbunyi. Saking terburu-burunya, aku menabrak seorang cewek.
“sorry yaa..”
“kalau mau lari, liat sekitarmu dulu dong kak!” ujar ceweek itu.
“huss.. apaan sih kamu, jangan gitu sama kakak kelas. Maaf yaa kak, kami emang lagi gak liat jalan.” Cowok nya membelaku, jelas sekali dari nadanya.
“oh darling, please don’t!” ujar cewek itu dengan nada merajuk dan memeluk lengan sang cowok.
“maaf yaa de, tadi gak sengaja. permisi”
Aku berlari kekelas, ternyata guru belum datang. Huuh aku bernafas lega. Setidaknya aku ga harus mendengar ceramah jika ada siswa/I yang datang terlambat kekelas.
15menit berlalu, aku bosan kalau hanya menunggu, jadi aku menyetel playlist di hapeku dengan menggunakan earphone.

“…He's the reason for the teardrops on my guitar
The only thing that keeps me wishing on a wishing star
He's the song in the car I keep singing, don't know why I do…

***TO BE CONTINUE***