Top Social

cerita-cerita untuk dikenang

cerita fiksi : Sweet 17th part 2 new reason

Jumat, 24 Mei 2013

Sweet 17th
*part 2: new reason*

“Gita! yang serius dong ngerjain tugas nya!” teriak Mei membuyarkan lamunanku.
Entah mengapa aku lebih suka melamun daripada mengerjakan tugas dari Mrs. Chianti yang ada di depan mata.
“Eh iya Mei, maaf deh ga sengaja hehehe” ku sunggingkan senyuman pada Mei.
“yaudah cepet ngerjain nya. Udah mau bel nih” ujar Mei lalu mulai menulis lagi.
Yaah Mei memang begitu. Suara nya menggelegar bagai toa masjid. Walaupun begitu, dia salah satu teman terdekatku di kelas ini. Nama lengkapnya Meily Sudjibto suara nya keras kadang lemah lembut tapi tetap dapat mengguncangkanku dari lamunan.
Aku Gita Hariyani. Di kelas ini, aku memang terkenal agak kacau karna sering melamun. Tapi bukan berarti aku tidak bisa mengerjakan latihan matematika atau mengerjakan soal vector dalam fisika. Nilai raport ku termasuk 10 besar se-SMA ini loh. Memang aku tak begitu popular, bahkan tidak dikenal kakak kelas di sekolah ini ataupun adik kelas di SMA ini. Mungkin se-SMA ini tidak mengetahui aku kecuali guru yang mengajar di kelas XI.IPA2. yah karna aku tak begitu aktif di bidang ekstrakulikuler jadi tentu saja aku tak begitu dikenal.

KRING..KRING…KRING…

“udah selesai kan Git?” Tanya Mei.
sure! I finished it!” kataku riang
great! Come on to go canteen
lets go girl!”
Aku bangkit dari kursi dan menyerahkan tugas pada ketua kelas untuk diserahkan kepada empu nya soal. Ku lihat Mei sudah di luar kelas menungguku sambil memaikan handphone nya. Aku berlari menghampiri Mei. Kantin sekolah kami memang agak jauh dan harus berjalan dengan melewati lapangan basket. Jantungku berdegup kencang. Hampir saja aku mati berdiri melihat dia bermain basket.
“Ardan! Kalau mau main basket nunggu yang lain dong!”
Suara itu mengagetkanku. Ku kira semua nya tahu kalau aku menyukai Ardan dari kelas XIIPA4. Ternyata kawannya toh yang teriak-teriak sambil menggil namanya. Huuh aku panik sekali. Ku lirik wajah Mei, sesaat dia tersenyum dan kemudian kembali memainkan handphone nya. Tapi aku tak begitu mengkhawatirkan senyuman Mei padaku. Aku duduk di salah satu bangku di kantin yang menghadap lapangan basket. Mei memesan nasi goreng dan aku memesan Es Jeruk. Ku lihat wajah Ardan yang gembira bermain basket.
Ardan mungkin salah satu cowok popular, dia memiliki wajah yang cukup tampan, jago basket, pintar dalam bidang fisika, dan kerap kali menjadi juara di lomba fisika dan akhir-akhir ini aku sering lihat dia di taman dengan membawa sepeda. Mungkin dia anak klub sepeda yang ada di sekitar kompleks. meskipun kami sama-sama dikelas XIIPA tapi rasanya tidak mungkin jika Ardan mengenal aku.
“hayoooo, ngelamun terus..!”
“duh Mei, jangan bikin kaget dong!” kataku sewot
“habis daritadi aku perhatiin kamu ngelamun terus. Oh iya ini minum nya” mei menyodorkan gelas berisi cairan dingin berwarna orange.
“thanks. Engga kok. Hanya berimajinasi saja” jawabku seenaknya sambil menerima gelas yang disodorkan Mei.
“ciyus? Miapa? Cungguh?”
“ciyus dong, miapajadeh, cungguh cayangku”
“aku makan dulu ya”
Tanpa aku jawab pun dia sudah memakan makanan nya. Lagi-lagi mata ini menatap cowok tampan itu. Mata kami saling bertemu….
UHUK..UHUK..
“git, kenapa?” Mei menatapku.
Aku menggelengkan kepala. Uh, aku tersedak minumanku sendiri. Memalukan. Wajahku terasa panas. Jika aku berkaca mungkin warna wajahku yang semula sawo matang berubah menjadi merah semerah lampu lalu lintas. Aku malu! Ya Allah, mataku bertemu matanya dan itu membuat jantungku berdegup dua kali lebih cepat. Apa dia memperhatikan aku? ku lihat kearah lapangan basket. Ardan tak ada disana. Aku kecewa. Tapi aku berpura-pura tak ada masalah.
“Gita!”
Sebuah sapaan dari arah belakang. Akupun menoleh. Aku tersenyum ketika melihat siapa yang menyapaku.
“hei Din, mau makan juga?”
Dina tersenyum dan duduk di mejaku.
“iya nih, lapar banget hehehe menguras otak tadi tuh pelajaran matematika.”
Aku terkekeh, Dina memang periang, ramah, lucu, pintar dan cantik. Dia juga salah satu temaknku yang baik. Aku kenal dia karena semasa MOS, kami berdua selalu bersama dalam kelompok apapun. Meski sekarang dia di XIIPA3 dan aku di XIIPA2 tapi kami masih sering bersama.
“kalo gitu pesen aja makanan nya ntar aku yang bayar” Mei menimpali.
“serius nih?” dina mengangkat alisnya.
“iya ciyus, uang nya dari anda tentu saja. Saya memang terlalu mendramatisir” Mei tertawa puas sedangkan wajah Dina terlihat sepat.
“gaya bahasa mu layak nya Sherlock Holmes saja. Tapi agak beda sih jika dibandingkan suara serak mu. Hahaha” aku tertawa, dina pun tertawa.
“ga apa-apa kan? Toh Sherlock kan tokoh fiksi yang sangat jenius. Albert Einstein mungkin kalah.” Mei membela.
“huss, udah ah bahas yang lain nya aja. Sherlock melulu. Gak ngerti nih” Dina memasang innocence face.
“mau?” Ardan menawarkan permen karet.
Mana aku tahu ada orang, tiba-tiba saja aku menoleh ke samping. Ya Allah, Ardan ada di dekat ku!
“hmm, engga makasih.” Dina tersenyum.
“sini ar, duduk!”
Mei menunjuk kursi kosong di samping nya. Yaps itu berarti tepat di depanku! Apa yang harus ku lakukan? Ardan berada dalam radius 50 cm! oh god!
“Git? Kenapa?”
suara Ardan terasa begitu lembut di telingaku. Tuggu dulu! Tadi bilang apa? “Git?” artinya dia tahu namaku? Dia memperhatikan aku! Astaga! Aku sangat grogi. What will I do?
“eh..emm.. ga apa-apa kok. Mau makan juga?”
Mungkin suaraku terdengar parau. Duh lagian pertanyaan macam apa ini? Nanti disangka sok kenal lagi! Ampun sekarang tanggal berapa sih sampe harus mengalami sport jantung berkali-kali?! Aku mengumpat dalam hati.
“ah engga, Cuma mau beli minum haus sih tadi abis main sama anak-anak” Ardan melemparkan senyumnya padaku. Ya padaku!! Rasanya ingin loncat tapi tentu saja aku tidak melakukannya.
“oh gitu”
Gita!! Please deh! Itu Ardan! Jawabnya yang bener kek daritadi nimpalin nya yang enggak-enggak aja tuh. Aku menggerutu dalam hati.
“yaa gitu deh, hehhe” ardan masih terlihat riang.
Ketika ku beranikan untuk menatap matanya, pandangan bukan padaku. Tapi pada Dina! Dina yang ada di sebelahku! Dan Dina pun memperlihatkan sikap yang tidak seperti biasanya. Seperti grogi untuk bertemu Ardan. Persis seperti aku. tapi, apakah Dina juga menyukai Ardan?. Berbagai pertanyaan berkecamuk dihati ini. Dan ketika melihat Dina melempar jokes pada Ardan, dan itu membuat mereka semua tertawa (tentu saja aku tidak. Karna aku berusaha menyibukkan diri dengan bermain handphone) muncul adanya suatu perasaan yang yaah tak dapat dituliskan/digambarkan olehku.
“hey all, aku ke perpus dulu yaa, lupa nih besok ada tugas biologi. Siapa tau dapet materi di sana. Duluan yaa” akupun langsung pergi tanpa mengajak Mei.
Baru saja aku masuk perpustakaan dan menemukan buka yang memang pernah aku baca sebelumnya. Seketika itu bel masuk berbunyi. Saking terburu-burunya, aku menabrak seorang cewek.
“sorry yaa..”
“kalau mau lari, liat sekitarmu dulu dong kak!” ujar ceweek itu.
“huss.. apaan sih kamu, jangan gitu sama kakak kelas. Maaf yaa kak, kami emang lagi gak liat jalan.” Cowok nya membelaku, jelas sekali dari nadanya.
“oh darling, please don’t!” ujar cewek itu dengan nada merajuk dan memeluk lengan sang cowok.
“maaf yaa de, tadi gak sengaja. permisi”
Aku berlari kekelas, ternyata guru belum datang. Huuh aku bernafas lega. Setidaknya aku ga harus mendengar ceramah jika ada siswa/I yang datang terlambat kekelas.
15menit berlalu, aku bosan kalau hanya menunggu, jadi aku menyetel playlist di hapeku dengan menggunakan earphone.

“…He's the reason for the teardrops on my guitar
The only thing that keeps me wishing on a wishing star
He's the song in the car I keep singing, don't know why I do…

***TO BE CONTINUE***