ECOBRICK, MEMBUAT SI SAMPAH JADI RAMAH
Halo!
Rasanya lama banget saya gak nulis di blog. Yah,
kalau sekadar nulis sih kayaknya lumayan sering, apalagi kalau galau-galau. Khatam
banget itu mah… hahaha! by the way, kali
ini mau bahas ECOBRICK karena aku
tertarik banget sama soal sampah-menyampah ini (maklum masih jadi sampah
masyarakat) apalagi di sebelah rumahku adalah kolam sampah (ini seriusan balong
isinya sampah doang huhu) yang sepertinya sudah ada sebelum saya tinggal di
sana. Parahnya, karena sudah dijadikan tempat sampah akhir, ada aja orang yang
bakar-bakar sampah sampai pernah kebakaran :’ /malah curhat/
Ecobrick sih, apaan Tu?
Nah, terdiri
dari kata Eco (kependekan dari Ecology yang artinya ramah lingkungan) dan brick
(yang artinya batu bata), Ecobrick ini adalah botol-botol plastik yang diisi
secara padat dengan sampah plastik. Dikutip dari laman www.ecobrick.org, Ecobrick adalah solusi
atas sampah plastik dengan
memberdayakan individu untuk bertanggung jawab atas sampah mereka dari
sumbernya.
Hah, terus batu bata ramah lingkungan itu apaan?
Jadiiii Ecobrick ini
digadang-gadang jadi alternatif bagi bata konvensional dalam mendirikan
bangunan. Ecobrick ini diprakarsai oleh Russell Maier dari Kanada yang telah
berhasil mengurangi polusi sampah plastik di sana, setelah berhasil di Kanada,
ia terus merambah negara lainnya termasuk Indonesia. Di Indonesia, Russel bekerja
dengan Ani Himawati untuk terus mengkampanyekan ecobrick.
Ecobrick sendiri terbuat dari botol plastik bekas yang
diisi sampah-sampah plastik lain lalu dipadatkan sampai keras. Setelah penuh
dan keras itulah baru kemudian botol plastik bekas bisa dirangkai dengan lem dan
dibentuk menjadi barang seperti kursi, meja, bahkan bisa juga jadi tembok lho!
sumber : pinterest |
Sumber : pinterest |
Semua barang yang dibuat dengan ecobrick ini bisa
dijual dan pasti punya nilai ekonomis yang tinggi. Sempat google tadi, kalau
salah satu desa di Bali, tepatnya di Klungkung, sudah melaksanakan program
Ecobrick yang keren ini sejak 2016. Sayangnya, karena kurangnya kesadaran
masyarakat maupun pemerintah setempat dalam berinofasi, sepertinya program ini
belum berjalan begitu efektif.
Kegiatan untuk memberdayakan masyarakat di desa maupun
kota untuk menghijaukan lingkungan sudah mereka lakukan sejak lama lho, bahkan sekarang
mereka membuat Training Of Trainer (TOT) agar
semakin banyak orang yang sadar akan bahaya sampah plastik dan membuat Ecobrick sebagai kebiasaan rumah tangga
dan komunitas jangka panjang.
Terus, gimana dan kayak apa sih si ecobrick ini, Tu?
Sekadar info, saya juga tahu
ecobrick ini dari postingan skincare di line@ agak gak nyambung ya, tapi ada
pertanyaan di postingan itu yang menyentil hati; KALIAN GIMANA BUANG BOTOL
BEKAS TONER KALIAN? Disitulah dia menjelaskan tentang pemanfaatan botol untuk dijadikan
Ecobrick dalam rangka KKN-T dari Universitas Siliwangi di sebuah desa di Jawa
Barat (cmiiw). Keren lho, itu dibikin kayak tugu gitu (maaf fotonya gak saya
save bisa kalian gugel sendiri kali ya ecobrick hasil KKN-T mereka), dan saya
baru ngeh, kalau selama ini cuma penganut sistem ‘buanglah sampah pada
tempatnya’ tapi tidak ikut program 3R (Reuse, Reduce, Recycle mah gausah
dijelasin udah pada hapal kali ye h3h3) padahal mengaku anak pramuka yang cinta
alam dan kasih sayang sesama manusia.
Saya ambil gambar dari blognya Catatan Alam karena saya sejujurnya belum pernah ikut kegiatan/workshop tentang Ecobrick
(kalau ada yang ngajak, saya bersedia banget ikutan! Pengen deh kasih solusi
buat si kolam sampah dekat rumah :’) ) tapi daku juga membuat ecobrick ini
dikosan kok, gaesss. Kaleeem, okee?
Btw di blog itu lucu
banget, katanya bikin ecobrick tak sesulit membuat skripsi. Masnya tau aja
kita-kita semester akhir. (apa ini saya jadikan bahan skripsian aja ya? Atau pkm?
Lumayan kan buat benerin desa sendiri hehe tapi gapunya temen ☹)
Oiya, sampah yang telah
dimasukkan ke botol itu harus memenuhi seluruh rongga botolnya (makanya sangat
bagus kalau plastiknya digunting dolo hehe) pokoknya satu botol ecobrick
berukuran 1,5 liter (ini botol kokakola atau sprit atau fantah itu lho, atau
anak kosan pasti sering beli Vit karna mager isi ulang galon) punya berat
rata-rata 0,5 hingga 1 kilo (tergantung isi sampah dalam botol ecobrick).
Tujuannya, biar si ecobrick tersebut jadi kuat dan lebih efisien menampung
sampah. Lagian kalau gak penuh, nanti ecobrik yang dibuat akan lebih mudah
penyok kayak hatiku~ /yah curhat lagi/
sumber : https://catatanalam.wordpress.com/2018/09/22/ecobrick-karya-artistik-limbah-plastik/ |
sumber : penulis |
Berdasarkan data dari World Instant Noodles
Association (WINA) nih dari laman
instantnoodles.org, kalian tahu
gak kalau Indonesia kini telah berada di peringkat 2 dalam
mengkonsumsi mie instan terbesar di dunia? Peringkat ke 2 setelah China, dengan 12620
juta porsi! KEBAYANG GAK BANYAK
BANGET BUNGKUS PLASTIKNYA GAESSS? (ngegas) Ya iyalah ya, sebagai anak kosan saya
mengakui kalau mi itu lezat dan murah apalagi kalau akhir bulan gak mampu beli nasi
padang lagi dan memilih makan mie saja daripada mati kelaparan (lebay sih ini)
:’) atau baso kesukaan kan ada yang pakai mi. Pokoknya kata ayah saya : MAKAN MI
TEROOOOOSSSS SANA SAMPAI BATUK saking seringnya makan mi di rumah.
Saya pernah baca di TIRTO ID, tentang pulau sampah Indonesia (link : https://tirto.id/prestasi-sampah-indonesia-yang-mengkhawatirkan-bUWl)
bahwa satu orang bisa menggunakan 700 kantong plastik pertahunnya dari hasil
riset Greenation Indonesia pada 2010 lalu.
Belum lagi fakta kalau Indonesia darurat sampah,
sampai Menteri Kelautan saja menyebutkan kalau kita adalah negara penyumbang
sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut. Kalian masih ingat
sama video kura-kura yang kemasukan sampah plastik di hidung itu gak sih? Kasihan
kan sampai berdarah-darah gitu. Atau pinguin yang gak bisa buka mulut karena
plastik bekas tutup botol itu bersarang di mulutnya? Kasian banget kan….
Saya dan mungkin kalian ini pasti ngerasa baik-baik
aja karena buang sampah gak sembarangan. Tapi ujungnya sampah yang kalian buang
rapi ke tong sampah itu juga belum membuat bumi kita baik-baik saja. Ending dari
perjalan sampah ini akhirnya ada di laut, dan itu makin memperparah ekologi
laut dan kelangkaan hewan. Laut bukan tempat sampah!
Dikutip dari artikel yang dimuat di Tribunnews tanggal
15 Oktober 2018, Data dari INAPLAS (Asosiasi Industri Plastik Indonesia) dan
BPS (Badan Pusat Statistik), sampah-sampah plastik kita ini bisa mencapai 64
juta ton/tahun lho! (gak ngerasa buang sampah sebanyak itu ya gak sih? Soalnya perasaan
cuma beli cilok dua rebu, tapi iya sih pake plastik, atau ke minimarket pasti
dapet plastik kan ya☹). Sebagai data tambahan, Wakil Ketua INAPLAS, Suhat Miyarso
menyatakan bahwa yang salah bukan kantong plastiknya tapi manajemen sampah yang
kurang diperhatikan dengan baik.
Nah, kan. Bukan kantong plastiknya yang salah. Plastik
punya bahan dasar polietilen yang memang butuh waktu sekitar 20tahun untuk bisa
didaur ulang. Kita sebagai orang yang kreatif (atau kata Kak Triadi mah orang
yang mau berusaha) perlu berpikir strategis gimana caranya si plastik-plastik
ini dimanfaatkan sebaik mungkin. Dan gak merusak sistem alam dan menyebabkan
penyakit kanker untuk manusia.
Masih soal jumlah sampah, diprediksi tahun 2019 ini total
akan mencapi 68 juta ton dengan sampah plastik sebesar 9,52 ton atai 14% dari
total sampah yang ada menurut Direktur Jendral Pengelolaan Sampah, Limah dan B3
dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tuti Hendrawati Mintarsih.
Ecobrick ini ya, selain bisa dijadikan alternatif bata, bisa sangat
efektif sebagai solusi anak pecinta alam
yang hobi naik turun gunung dan bawa-bawa sampah lho. Daripada bawa plastik hitam
besar berisi sampah plastik dan sisa makanan, kalian mendingan bawa satu botol
1,5 L berisi semua sampah kalian seperti bungkus mie instan, bungkus kopi kemasan sachet,
plastik makanan, dll. Sepele,
tapi
sangat berpengaruh pada lingkungan sekitar kita.
Aku ikutan juga lho,
masukin sampah ke botol plastik gini. Seru lagi masuk-masukin sampah ke botol. Ada
emosi yang tersalurkan gitu secara terselubung haha. Berhubung artikel ini
masih banyak kurangnya, kalian bisa kepoin https://www.ecobricks.org
buat cari tahu apa dan bagaimananya, iya ini promosi gratis karena idenya
Mister Russel ini menarik! Tenang aja blog itu ada dalam berbagai Bahasa,
termasuk Bahasa Indonesia. Atau kalau mau lihat-lihat gambar kreasi Ecobrick,
saya ngesave di pinterest. Cek aja : https://pin.it/vvbrwayht2s5kt.
Akhir kata, sebagai
manusia yang ingin bermanfaat bagi nusa dan bangsa (cita-cita dari orang tua
kita semua) tentu perlu kesadaran diri untuk menjaga lingkungan. kesadaran diri
bisa dimulai dari bawa bekal minum & makan sendiri (yang cowok mungkin ga
sempat masak, tapi mendingan bawa tempat makan kosong dari rumah terus beli
nasi warteg deh), bawa tas kemana-mana biar gaperlu pakai plastik pas ke
minimarket, terus ya … kalau ada sampah plastik, masukin aja ke botol! Siapa tahu
dengan dimulai dari diri sendiri, jadi banyak orang yang sadar dan akhirnya mengimitasi
kebaikan. Oiya, sekalian, dibawah ini aku bikin infografis ala-ala biar insagram aku sedikit berfaedah haha. Semoga bermanfaat, yaa!
Ayo kita jadi ECOWARRIOR!
Salam,
Estuwise